Contoh Soal dan Cara Menghitung Persediaan Akhir Metode Laba Bruto dan Ritel
Contoh soal dan cara menghitung persediaan akhir metode laba bruto dan ritel dipergunakan bagi perusahaan yang mengalami kejadian luar biasa seperti kebakaran dan bencana alam. Akuntansi persediaan barang dagang dipergunakan untuk memperhitungkan keuntungan atas laba bruto dan laba netto.
Cara menghitung persediaan yang terbakar digunakan untuk menentukan harga pokok penjualan barang selama tahun fiskal. Akuntan publik harus menceritakan adanya kejadian luar biasa yang dialami perusahaan ketika pemeriksaan item laporan posisi keuangan dan dinilai sesuai nilai realiasi netto produk.
Contoh soal akuntansi persediaan dan jawabannya diperhitungkan sebagai dasar pelaporan klasifikasi produk di entitas. Alasan perusahaan menggunakan metode laba kotor dalam penilaian persediaan adalah terjadinya peristiwa luar biasa seperti kebakaran, banjir dan aktivitas lain yang mempengaruhi pengambilan keputusan.
Metode Laba Bruto dan Ritel dalam Menilai Persediaan
Metode laba bruto dan ritel dalam menilai persediaan akhir perusahaan perlu dilakukan agar entitas mengetahui dengan pasti jumlah barang keluar untuk memperoleh penghasilan. HPP atau harga pokok produksi menjadi beban utama ketika perusahaan memperoleh pendapatan dari lawan transaksi di perusahaan dagang.
Cara menghitung persediaan yang terbakar dilakukan dengan mengestimasikan jumlah persediaan akhir berdasarkan nilai barang yang tersedia untuk dijual, persentase laba bruto yang disepakati dan penjualan netto perusahaan. Margin adalah keuntungan atas penyerahan barang kepada lawan transaksi diatas harga pokok produk.
Metode ritel dan laba bruto cocok digunakan bagi perusahaan manufaktur dan supermarket untuk kemudahan pemotongan pajak pertambahan nilai dan melaporkan spt masa ppn. Laporan keuangan interim diperlukan agar entitas dapat mengestimasikan nilai persediaan akhir yang diakui pada periode tertentu.
Baca Juga: Contoh Soal Penurunan Nilai Persediaan Barang Dagang dan Jawabannya
Alasan Perusahaan Menggunakan Metode Laba Bruto dan Ritel
Alasan perusahaan menggunakan metode laba bruto dan ritel dalam menilai persediaan akhir karena adanya peristiwa yang mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan seperti bencana alam dan kesalahan produksi. Persediaan barang dagang yang terbakar menyebabkan kerusakan terhadap sebagaian besar aset perusahaan.
Persediaan diakui sebesar nilai yang lebih kecil antara nilai realiasi netto dan biaya perolehan. Klasifikasi persediaan barang dagang di perusahaan manufaktur adalah bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi yang diperdagangkan kepada pelanggan untuk memperoleh kas atau piutang dagang.
Contoh soal metode laba bruto dalam menilai persediaan akhir terjadi pada PT Masraffi yang mempunyai persediaan senilai Rp 12.000.000 dan melakukan pembelian sebesar Rp 24.000.000. Penjualan dilakukan seebsar Rp 52.000.000 dengan margin sebesar 40%. Hitunglah nilai persediaan akhir metode laba kotor?
Baca Juga: Source Code Aplikasi Pencatatan Persediaan Barang di Gudang
Cara Menghitung Persediaan Akhir dengan Metode Laba Bruto
Cara menghitung persediaan akhir dengan metode laba bruto dan ritel harus dapat menentukan margin yang diinginkan perusahaan. Pajak pertambahan nilai adalah iuran perusahaan yang dibayarkan kepada negara atas setiap kali penyerahan barang kepada lawan transaksi untuk diperolehnya pendapatan bersih.
Contoh soal dan cara menghitung persediaan terbakar akan berdampak pada sebagian besar aktiva perusahaan. Pengukuran dan penyajian persediaan di laporan posisi keuangan diletakkan setelah aset lancar yang memiliki tingkat likuiditas. Likuid artinya dapat ditukarkan dengan kas tanpa merubah nilainya.
Contoh perhitungan persediaan akhir metode laba bruto dapat diterapkan di perusahaan jasa, dagang, manufaktur bahkan kesehatan. Sistem perpetual dan sistem periodik berdampak pada pembayaran pajak penghasilan terutang. Adapun perhitungan persediaan akhir dan harga pokok penjualan sebagai berikut:
Persediaan Awal | Rp 12.000.000 | |
Pembelian | Rp 24.000.000 | |
BTUD | Rp 36.000.000 | |
Penjualan pada harga penjualan | Rp 52.000.000 | |
Laba Netto | Rp 20.800.000 | |
Penjualan pada Nilai Biaya | Rp 31.200.000 | |
Nilai Persediaan Akhir | Rp 4.800.000 |
Baca Juga: Contoh Soal dan Jawaban Metode Fifo, Lifo dan Average
Demikian contoh soal dan cara menghitung persediaan akhir metode laba bruto dan ritel dalam akuntansi persediaan. Sistem pengendalian internal persediaan harus dapat mencegah terjadinya kebakaran dan kehilangan barang tanpa adanya transaksi keluar masuk barang melalui pencatatan di gudang.
0 Response to "Contoh Soal dan Cara Menghitung Persediaan Akhir Metode Laba Bruto dan Ritel"
Post a Comment
Saya mengundang Anda untuk Berdiskusi